Kamis, 24 Maret 2016

Review Random, Batman V Superman: Dawn Of Justice

(PERINGATAN SOPILER wiu wiu)

GOD versus HUMAN, DAY versus NIGHT

"Khawatir akan aksi superhero manusia setengah dewa tak ada yang mengawasi, pahlawan kota Gotham menantang superhero kebanggaan kota Metropolis. Mereka berkonflik untuk menentukan superhero macam apa yang dibutuhkan dunia. Sementara Batman dan Superman berkonflik, sebuah ancaman baru bangkit, manusia terancam oleh bahaya yang tak pernah diketahui sebelumnya."

Pertama-tama diulas dulu judulnya, Batman v Superman. Kenapa huruf V untuk menyatakan konflik versus bukan VS? Nah mungkin begini penjelasannya, versus dalam dokumen atau surat resmi orang amerika dulu disimbolkan menjadi V, karena lebih menekankan makna 'kompetisi' bukan 'lawan', yang berarti V adalah pertarungan antar dua pihak yang mencari siapa yang lebih baik padahal tujuannya sama, sedangkan VS merupakan pertarungan menjatuhkan satu sama lain untuk mencapai tujuan yang masing-masing berbeda. Jadi jelas ya Batman V Superman: Dawn Of Justice sudah cocok judulnya.

Lalu film dimulai, dibuka dengan adegan masa lalu Bruce Wayne yang suram, mulai dari jatuh ke got eh sumur, sampai bapak-ibunya yang mati tertembak, sebenarnya ini scene yang tidak perlu, karena di film-film batman sebelumnya pasti sudah diceritakan kisah ini, siapapun pasti sudah tau kisah kecil si batman, jadi scene-scene awal sangatlah terasa nyampah.

Seeeet, Bruce Wayne dewasa yang adalah pangeran Gotham, tanpa alasan jelas sudah berada di Metropolis (mungkin perluasan bisnis) dan di sesi inilah menunjukkan alasan kenapa Batman menyimpan dendam yang sangat kuat. Saya yang ikut menonton pun ikut terbawa emosi, "lah si clark ngapa kaya orang mabok tuh pake mata laser nembak kemana-mana, goblo." begitulah kira-kira seruan saya, tapi cuma di dalam hati, soalnya kalau di dalam bioskop, takut kena mata laser sama penonton lain.

Crossover kali ini sepertinya Superman dijadikan tokoh antagonis, yang menumpas kejahatan dengan caranya sendiri, tanpa ampun, tanpa hukum. Banyak pula Haters sang False God,salah satunya Lex Luthor, memanfaatkan semua nilai minus Superman, dan sedikit menghasut para senator untuk memperkarakan Superman dalam sebuah peradilan, yang adalah panggung final yang dibuat Lex Luthor untuk menghancurkan nama baik Superman, beserta isi-isi pengadilannya. Zuper zkali Lex yang budiman.

Lalu tokoh hero ketiga, ada Prince Diana yang tidak terlalu intens perannya, tapi ketika awal muncul dengan kostum Wonder Women, beh, dia MVPnya guys. Datang pada saat yang tepat, ditambah dengan scoring cakep, tadaaa Gal Gadot sungguh memukau dengan rambut terurai, rok pendek seakan cuma make robekan bendera partai, kekuatan dan kelincahan yang tersembunyi di balik paras ayu, wuih tjakep gila bray, salero bundo ini mah.

Oh iya, di IMDB hari pertama penayangan di meksiko, BVS sempat menyentuh angka 9.5 dengan 6.500 voters, tapi hari kedua saat ini, angkanya menurun jauh menjadi 8.2 dengan 20.000 voters. Sedangkan Rotten Tomatoes yang adalah website untuk para kritikus, BVS benar-benar dianggap hancur dengan nilai kepuasan hanya 38%, apa anda setuju genk?

Well, bagi pribadi yang sangat terbuai ekspektasi tinggi, menurut saya BVS memang bagus, tapi tidak cukup WAH seperti harapan selayaknya garapan Christoper Nolan dalam Dark Knight Trilogi. BVS terlalu banyak membuat plot hole, kurang penjelasan & terkesan melompat-lompat. Mungkin karena diri ini cuma sekali nonton ya, padahal untuk mereview setidaknya harus nonton lebih dari sekali supaya mendapatkan kejelasan, tapi namanya juga ngetik random, reviewnya random juga, jadi tolong jangan jadikan review ini sebagai refrensi, kalau mau nonton, nonton aja ya temans, jangan termakan omongan orang dan percayailah pendapat pribadi, karena rumput tetangga lebih hijau, dan selimut tetangga lebih hangat. Woy kaga nyambung setan! :v

Mungkin penilaiannya saya bagi-bagi seperti di bawah, cekitbrot

SINEMATOGRAFI:
Pengertian simplenya adalah teknik mengambil gambar, lalu menggabungkannya, shot per shot sehingga menjadi scene. Well, seperti yang saya bilang sebelumnya, jika hanya nonton sekali, penilaian untuk ini sangat sulit, tapi melihat scene yang tidak perlu di awal dan pertengahan, membuat scene pertarungan akhir dikorbankan menjadi lebih sedikit, padahal orang-orang menunggu lama ketika trinitas DC bertemu, tapi berakhir cepat terkesan buru-buru.

PENCAHAYAAN:
Zack Snyder dari awal sudah mengatakan kalau permulaan Justice League akan dibuat suram dan kelam, dan sesuai dengan pencahayaannya. Saya nontonnya di 21, yang adalah theater dengan kualitas tontonan paling standar di antara theater-theater lain, jadi mungkin pencahayaan agak gelap, apalagi pas scene kejar-kejaran tentara bayaran Lex dengan Batmobile, saya sempat memincingkan mata untuk bisa menyorot apa saja kelebihan armor Batmobile baru ini. Tapi untuk pencahayaan tidak ada masalah, sesuai dengan tema DC, dark.

TAMPILAN & KOSTUM:
Untuk Batman Suit yang dipakai bang Affleck, sepertinya balik ke kostum Batman klasik, jubah hitam dan balutan tubuh abu-abu monyet tua, yang ganggu adalah logo Kelelawar yang segede gaban di dada bidang Ben, yang terkesan dibuat dari potongan kain tebal yang ditempel di kostum. Saat memakainya pun Batman jadi keliatan gendut gitu, apalagi pas scene di gurun, kecuali pas Batman dengan Monster Suit yang tidak dijelaskan terbuat dari apa, yang pasti bahannya berat berkilo-kilo.

Lalu kostum Superman, tidak berbeda dengan Man of Steel, bedanya cuma penampilan Clark Kent yang lebih klimis dan rapi, otot diperbesar, masih tetap tidak menggunakan CD luar, dan tetap terlihat tonjolan signifikan. Apa itu? Hmm..

Wonder Woman juga mengalami sedikit evolusi kostum, mungkin disesuaikan dengan postur Gal Gadot. Bagian dada tidak dibuat terbuka layaknya penggambaran komik, memakai rok super mini bukan sempak semi celana. Tapi doi tetap terlihat cantik ketika mengenakannya, secara mantan miss israel.

AKTING:
Ben Affleck terlihat mantap menggantikan peran Christian Bale, membuktikan kelasnya sebagai papan atas. Gal Gadot tidak terlihat jelas, masih sama seperti gambaran aktingnya sebagai Giselle di Fast & Furious, sewaktu pertarungan pun tidak nampak mimik menyakitkan kena hajar dari 'hari kiamat', tapi sudah jadi start yang bagus untuk The New Wonder Woman.

Henry Cavill, harusnya beliau bisa lebih lagi menunjukkan sisi rapuh dari seorang Superman, tidak cuma menunjukkan sosok egois dewa yang berubah bengis. Beda dengan Jesse Eisenberg, yang sukses membuat kesan Lex Luthor muda yang ngeselin, seenaknya, berani, dan adidaya. Saya sempat ngakak sendiri waktu adegan pidato pembuka di acaranya, padahal penonton lain adem ayem. Sepertinya saya cocok dengan Lex Luthor. (Membotakkan rambut)

Amy Adams, ya cukuplah. Di BvS doi malah lebih banyak mengambil peran di banding mbak Gadot, walaupun memang kita akui Amy sosok MILF yang sangat membuat mata fresh. Ada Jeremy Irons yang memerankan Alfred, yang seharusnya sudah wafat, karena BVS bersetting 20 tahun setelah rekam jejak Batman di Gotham. Opa Jeremy memainkannya dengan apik, Alfred baru yang berjiwa muda dan jago IT, alias man behind batman, bukan lagi kepala pelayan sekaligus penasehat bijak.

KESELURUHAN PENILAIAN:
Zack Snyder selalu dikritisi jika mendirect film drama action sci-fi, mulai dari Sucker Punch, 300, dan terakhir Man of Steel, sayangnya Bang Zack terus melanjutkan tren negatif ke BVS: Dawn Of Justice. Banyak scene yang tidak terjelaskan logika, yaitu ketika pertarungan pertama Superman melawan Alien. Superman sempat terlempar ke gedung, kemudian menggunakan serangan mata laser untuk menghancurkan gedung, apa-apaan kau Clark! (gebrak meja /emosi).
Juga kedatangan Superman yang selalu tepat di saat-saat genting, salah satunya ketika Lois Lane dalam bahaya, dia selalu ada, tapi ketika Martha yang diculik, doi tidak muncul, dasar durhaka kamu Clark! (gebrak pintu /emosi). 
Di balik celah yang dibuat Superman, terdapat pula celah-celah lain, misalnya mimpi Bruce Wayne di padang gurun yang tidak menjelaskan sesuatu, begitu pula dengan perkataan Superman ketika pertama kali bertatap muka dengan Batman, dia mengatakan "Kau merebutnya dariku!", jangan-jangan mereka pernah satu SMA trus rebutan cewek ya gan. Tak lupa hasil hack dokumen Luthor Corp tentang dokumentasi penampakan mahluk super lain, anehnya folder sudah tersusun dengan logo-logo hero DC, juga video yang sangat jelas menunjukkan para hero tersebut, tidak menggambarkan arti tak sengaja tertampak tapi lebih mengekspos diri di depan kamera. Ini superhero atau alay narsis ya? Lala yeyeye

Salah satu alur yang melompat, ditunjukkan setelah Superman berhasil dijebak Lex di pengadilan, Batman merebut batuan Krypton, membuat senjata, lalu latihan berat, tapi yang paling parah, pembuatan Monster Suit malah diskip, Batman langsung muncul dengan kostum baja di bawah hujan. Sangat melankolis

Tapi di balik semua kekacauan dialog, alur, dan efek CGI yang bertaburan yang menyita waktu lama, terbayar dengan adegan fighting Batman versus Superman yang memukau, benar-benar menunjukkan kalau ini pertarungan layaknya manusia melawan dewa. Seperti kata Alfred, Batman menantang Superman berarti bunuh diri, tapi akhirnya Bruce Wayne tidak senaif itu, dia punya kartu AS untuk melawan.

Tell me do you bleed? Yes, you will!

Perpindahan dari pertarungan satu ke pertarungan lain tidak memakan waktu lama, ketika trinitas DC berkumpul, 'raja terakhir' kemudian mengamuk. Di sini Batman tidak terlalu banyak mengambil bagian, hanya duo super yang memang sepantaran kekuatannya. Tidak seperti Marvel yang epic menyajikan Tag-Team ketika Avengers beraksi, Clark dan Diana seperti bertarung tanpa kekompakan sebagai team, mungkin karena baru bertemu yes, jadi chemistry masih belum klop. (Emang ini Ganda Campuran bulutangkis apa, jiah)

Dari segi cerita sebenarnya sudah oke menurut saya, tapi untuk permulaan sebuah crossover akbar, harusnya dimulai dengan spin-off, misalnya solo Batman, solo Wonder Woman, diikuti Flash, Cyborg, juga Aquaman. Bisa diprediksi untuk 2017 nanti, Justice League mungkin akan menuai penilaian sama dengan Dawn Of Justice, terkesan langsung jadi dan dibuat terburu-buru, karena masih di bawah Director yang sama, Zack Snyder. Semoga tidak demikian

Untuk yang terakhir, nilai saya untuk Batman V Superman: Dawn of Justice, adalah 7.9.

Sekali lagi, selera berbeda-beda. Penilaian pribadi jangan berpatokan pada pendapat kritikus atau reviewer lain, silahkan nonton sendiri, amati sendiri, dan nilailah sendiri.

Salam #teamBatman #teamDC

Selasa, 15 Maret 2016

D's Day

Awal mula terjadi pagi tadi, mungkin pukul 08.15, saat itu saya menyalahkan handphone yang khusus untuk komunikasi telepon dan sms. Sesaat setelah turn on, si Kia (nama panjangnya 'tidak kia!') menunjukkan sebuah notifikasi yaitu memo peristiwa. Ketika membaca judulnya, seketika diri ini kembali mengingat kenangan hari kemarin.

Di layar Kia, tertulis judul "She's Birthday" dengan sebuah gambar kado, tak lupa angka 19th tercantum, ya itu usianya sekarang.

Dia yang hari-hari kemarin sering menemani tapi tak di sisi,

Dia yang dulu selalu mengajak interaksi tapi terlihat berbicara sendiri,

Dia di depan mata, kadang maya kadang nyata, selalu terlihat bahagia, walau berdasar sekedar menerka.


Pertama mengenalnya di 2012, tapi tak langsung mengajaknya bercengkrama, cuma memandang dari kejauhan. Kesan awal padanya adalah orangnya cukup rame, sering menggombal, peminum susu katanya. Dia tidak seputih lobak, kulit indonesia pada umumnya. Rambutnya panjang berponi, senyumnya manis, kesimpulannya adalah cukup menarik.

Berbulan-bulan jadi pemuja rahasia, ku beranikan diri untuk sekedar menyapa. Sapaanku dibalas, dan mulai saat itu pula diri ini merasa cocok dengannya. Tidak siang ataupun malam, jika ada jeda kerja untuk sekejap melihat, kupergunakan sebaik-baiknya.

Hari ke hari, Dia mengalami peningkatan dalam hal karier, yang tadinya substitusi, kemudian masuk tim inti, walau tidak ke posisi inti. Dia cukup senang, dan berharap selalu ada yang mendukungnya untuk tetap betah dan berkembang. Itu cukup bagus untuknya, juga untukku yang masih hype dengan kesehariannya.

Hampir setahun mengenalnya dekat, walau Dia tidak sebaliknya. Kuberanikan diri lebih dari aksi maya, dan yakin untuk menemui secara nyata. Saat itu Oktober 2013, dengan meninggalkan kerjaan di jauhnya Sulawesi Utara, terbang untuk bertatap muka di Jakarta.

Mungkin sedikit nekat, karena tanpa sanak saudara tapi berani ke ibukota, namanya juga anak muda. Tapi semua resah lenyap menghilang, ada teman yang menawarkan atap untuk sesaat, tempat untuk beristirahat. Teman tersebut bahkan keluarganya sangat baik pada saya, beberapa hari menjamu, mereka seakan tak memperlihatkan jemu. Tidak terlupakan kebaikannya, semoga mereka tetap sehat dan selalu dalam lindungan-Nya.

Hari pertemuan tiba, tempatnya di selatan Jakarta. Pertama melihatnya tidak sesuai ekspektasi yang di harapkan, saya tidak mengira kalau pandangan mata sudah tak sejernih tahun sebelumnya. Dengan terpaksa harus memincingkan sorotan, supaya bisa melihatnya dalam rupa sebenarnya.

Setelah selesai dengan aktivitasnya, akhirnya bisa memandang langsung dirinya dengan mata kepala. Hanya berlangsung sepersekian detik, bertatapan sedikit berjabat tangan. Tidak ada rasa gugup, walau sejujurnya jantung berdegup. Dengan sedikit sikap kikuk, ku sapa hanya dengan satu kata pendek sambil tersenyum,

"Halo..", ucapku.

"Halo juga..", balasnya.

Momen yang sangat singkat, untuk penantian yang cukup lama. Tapi ternyata Teman yg ikut bersamaku langsung mengerti, dan menjelaskan singkat pada Dia, siapa dan darimana saya. Dia langsung memanggil dan kembali menyapaku yang sudah agak menjauh, dan kurasa ini adalah salah satu momen terbahagia dalam hidup.

Tidak lupa kutuliskan kesan ceria dan lega di media sosial, sekaligus memberitahu Dia, kalau tidak sedetikpun ku palingkan mata saat menyaksikan dirinya. Saat itu masih di atas kendaraan bersama Teman, menikmati malam ibukota, ramai, warna-warni gemerlapan. Suasananya begitu menyejukkan, sampai tak sadar adanya notifikasi, menunjukkan Dia merespon kutipanku padanya.

Malam yang luarbiasa.

Kisah menyenangkan terus berlanjut setahun kedepannya, sampai di awal 2015, kemudian diri ini memutuskan untuk tidak lagi menemani hari-harinya.

Apa alasannya?

Tidak ada alasan khusus, saya akhirnya berpikir, Dia adalah sesuatu yang sulit saya gapai dengan keadaan dan posisi saat itu. Kami jauh, dan tak pernah lagi bertemu. Interaksi tak seintens dahulu, membuat koneksi menjadi semakin semu. Ini mungkin sudah waktunya, untuk mencari kebahagiaan baru.

Tak terasa, 15 maret 2016, Upaya untuk menjauh dari Dia sukses terlaksana. Tidak ada lagi info kudapat darinya, sengaja kubuang sesuatu yang berhubungan tentangnya, kecuali beberapa foto yang kuselipkan di dompet lama. Hampir setahun tergenapi usaha melupakan, tapi Kia datang mengingatkan, seperti yang saya tulis di awal penggalan.

Memutarkan kembali kenangan manis 3 tahun belakangan, yang sebenarnya benar-benar sudah saya tinggalkan. Mungkin tidak benar-benar terlupakan, atau efek sisa-sisa nostaljik yang terlalu berkesan, yang akhirnya terbawa oleh perasaan. Mungkin.

Well, cuma ini yang bisa saya utarakan. Tidak ada kado, juga perayaan, yang saya berikan cuma kata-kata, dan sepenggal doa, semoga Dia selalu sehat dan bahagia.

Sekarang Dia sudah kelas 3 SMA, semoga Dia fokus ama pelajaran karena akan menghadapi ujian nasional.

Sekarang pergaulan cenderung tidak sehat, semoga Dia bisa memilah yang baik dan menjauhi yang buruk. Semoga Dia selalu ingat akan ajaran orang tua, dan terpenting, selalu dalam bimbingan-Nya.

Selamat ulang tahun.

Sabtu, 05 Maret 2016

Balada Ori dan Kw

Kemarin abang saya beli Converse old school, dan dengan semangat memamerkan seraya menjelaskan detail sewaktu doi nyari sepatu ini, soalnya jaman sekarang harus jeli menemukan barang asli, cewek aja banyak yang palsu, apalagi di thailand beh, paradise.

Btw gila ya harga Converse sekarang, 400-an lebih. Padahal waktu 2011 masih dapat 230-an di stasiun olahraga, ckck bisa jadi barang investasi baru nih, apalagi Converse tidak pernah kehilangan pasar walaupun makin banyak pesaing-pesaing baru yang sangat keren. Mungkin ada kharisma tersendiri ketika memakai ALL STAR, cocok ya genk?

Nah, abang saya lalu menjelaskan soal bagaimana membedakan mana Converse ori dan KW, mulai dari sol bagian bawah, bahan pembuatan, label, sampai bau-bau barang baru. Untuk bau itu butuh kecakapan tersendiri, karena kalau barang KW ada bau-bau kaki orang yang sudah pernah nyoba, sulit kan? of course, ini butuh intensitas penciuman setara penciuman komodo. Tapi bau bukan faktor yang pasti, mungkin bagi kalian yang penasaran lebih mendetail, coba cek di Blog-blog lain, soalnya kalau copas mencopas tulisan itu bukan prinsip saya, setidaknya walaupun random, ketikan saya orisinal bukan KW. Asek nyambung dengan judul

Untuk sepatu dengan model Old School, saya juga punya sepasang, tapi bukan All Star, melainkan satu level di bawahnya, Airwalk. Sepatu ini (airwalk) pertama saya dapatkan tahun 2009, sewaktu masih SMA, saat di mana kau harus tampil keren di antara pelajar lain. Awalnya mau beli All Star, tapi karena ortu tau bahwa anak-anaknya punya selera yang bagus, jadi dana yang dicairkan tidak sesuai harapan. Untungnya saya punya simpanan hasil dari berpuasa setengah hari saat di sekolah, akhirnya dana yang ditargetkan tercukupi.

Tapi namanya gejolak masa muda yang labil emosi dan labil ekonomi, ketika sampai di outletnya, saya sempat ragu membeli All Star. Teman yang menemani pun mendukung dengan masukan yang penuh wibawa, "sayang kalau converse dipakai anak sekolahan, lagian converse terlalu banyak jahitan putihnya, takutnya entar disuruh hitamkan, sepatumu langsung jadi jelek".
Akhirnya dengan sedikit pertimbangan, saya memilih untuk membawa pulang Airwalk. Kata si penjaga outlet pun Airwalk tidak kalah, mirip dengan All Star, hampir mirip juga harganya. Lah ini kenapa jadi nostalgia SMA

Balik lagi soal barang Ori dan KW, kedua barang ini harus teliti jika tak ingin keliru membeli. Sayang juga kalau sudah menguras 400 ribu lebih, ternyata yang kita beli barang tiruan. Walaupun mata bisa ditipu, tapi ketahanan barang itu yang tidak bisa bohong. Kita membeli barang Ori bukan cuma soal harga diri, tapi juga awet durasi. Airwalk yang saya beli buktinya, sudah hampir 7 tahun, saya pakai 3 tahun sekolahan, 4 tahun lebihnya berkeliling indonesia, tapi kondisi masih aman sentosa.

Then, bagaimana dengan Converse abang saya?

Semoga dia tidak membaca blog saya, karena dia sudah mengeluarkan 400-an ribu, dengan lantang mengatakan ORIGINAL, sayangnya dia kurang jeli atau setidaknya googling terlebih dahulu. Terlihat barangnya sangat mirip dengan Ori, presisi label, kontur sol dan karet mentah, kain rajut yang mantap, bau yang meyakinkan aroma pabrik (woy ngomong apaan), tapi untuk Converse pabrikan baru, ternyata sudah menempatkan barcode di label lidah bagian dalam, jika kode yang tercantum di sepasang sepatu beda berarti itu ORI, tapi jika sama, selamat bermuram durja.

Intinya, sepatu abang saya adalah KW super buatan vietnam. Walaupun KW kualitas luar, tapi KW tetap saja KW. Bencong thailand memang cantik luarberbisa, tapi bencong tetap saja bencong. LGBT gitu, Lemah Gemulai Batangan Ternyata. Jiaah

Jumat, 04 Maret 2016

WARKOP, ANTARA MAU NGOPI ATAU CARI WIFI

Sudah tidak bisa dipungkiri, kalau jaman sekarang internet mungkin sudah bisa disebut kebutuhan pokok, yaitu sandang, pangan, papan, jaringan. Internet bisa jadi momok candu setelah narkoba, karena ketika sehari saja seorang terpisahkan dari gadgetnya, sakau bisa datang kapan saja. Internet telah mengubah tatanan pepatah "hidup tanpa cinta, bagai taman tak berbunga, bagai sayur tak bergaram", itu dulu, yang terjadi sekarang menjadi hidup tanpa cinta, bagai smartphone tak berquota, hai begitulah kata pengunggah. Tolong jangan dibaca sambil nyanyi

Yeah, internet 10 tahun belakangan memang sudah berkembang pesat di Indonesia, pasti terasa bagi yang dulu pengguna MIRC (forum chat) dan FRIENDSTER. Bedanya mungkin pada kecepatan jaringan, fitur-fitur yang makin simpel, media sosial yang tambah beragam, dsb. Dulu internet cuma bisa alay-alay dapatkan di warnet, sekolah masih skeptis pada hal ini, dan modem jadi barang mewah dan jarang di kalangan masyarakat. Tapi sekarang lihatlah, warnet tidak lagi jadi tempat memadu kasih antara keyboard dan jari, bahkan di dalam toilet pun kita bisa 'semedi' sambil ber-opera mini. Provider sudah bermurah hati juga bermurah tarif menyediakan signal untuk browsing. Tak cuma signal provider telekomunikasi, juga ada fitur baru yang sangat friendly untuk kita semua, WIFI.

Wireless Fidelity alias WI-FI atau wifi, dibaca waifai atau mainstream menyebut waifi, bukan wifi apalagi waifu, adalah koneksi internet nirkabel alias tanpa kabel, yang menggunakan sinyal radio dengan frequensi tertentu. Wifi ada 2 golongan, LAN yaitu Local Area Network alias kita bisa berhubung antar komputer dalam radius tertentu, juga HOTSPOT yang sudah familiar tentunya, inilah yang dimanfaatkan oleh wirausahawan untuk mendongkrak kepopuleran warkop atau kedai kopi saat ini.

Warkop atau warung kopi sepertinya beda dengan kedai kopi, ibarat motel, wisma dan hotel, semuanya punya kegunaan yang sama, tapi level yang berbeda. Warkop sebut saja tempat ngopi pinggir jalan, biasanya tempat kalangan menengah ke bawah, mulai dari pelajar, mahasiswa, kuli, pengangguran dsb. Lalu Kedai kopi lebih ke tempat yang berkelas, sedikit formal, harganya mahal, tempat alay supaya eksis di kenal.

Keduanya punya kualitas, sensasi, suasana, dan rasa yang beda, tapi punya koneksi WIFI yang sama. Inilah yang menjadi dilema, kemudian diangkat menjadi bagian konflik di film FILOSOFI KOPI. Sang barista punya pendirian kalau tempat untuk ngopi berarti orang-orang datang untuk menikmati kopi, sedangkan pemilik usaha bersikeras bahwa dengan adanya WIFI, akan merangsang orang untuk berlama-lama di kedai kopi.

Ada salah satu scene di film yang menunjukkan ketika beberapa pemuda masuk ke kedai lalu bertanya "ada wifi gak mas?" , lalu pergi setelah tau tidak ada koneksi untuk browsing di sana. Inilah yang banyak terjadi, antara nongkrong sambil ngopi, atau nongkrong buat cari wifi.

Saya belum berani menyebut diri penyuka kopi, karena selama ini cuma sering minum yang namanya kopi kapal air (bukan kopi kapal api karna ini bukan endorse. Kode. Bisa kali). Tapi saya sedikit tau mana kopi dengan racikan asli, serta rasa dan kualitas yang bagus, juga mana kopi bubuk dengan campuran kopi sachet plus susu kental manis sehingga terasa beda. Ada juga warkop yang menamai diri warkop, tapi cuma menyediakan 2 jenis kopi yaitu kopi hitam dan kopi susu, tapi jus buah malah mendominasi, yang penting koneksi lancar, youtube dan torrent jalan tanpa buffering.

Based on true story, saya tinggal di salah satu kota besar di madagaskar, ya Indonesia lah kalo tulisannya begini. Tepatnya kota dengan inisial M. Kota saya adalah ibukota provinsi, dan salah satu kota dalam provinsi tersebut adalah penghasil kopi dengan kualitas setara Agnez Mo, go internasional. Sayangnya ketika saya berkeliling ke kedai ataupun warkop yang punya nama, saya cuma menemukan rasa enak, just enak. Apa yang membuat tempat-tempat itu terkenal? Cuma hanya karena berbekal rasa enak dan koneksi WIFI yang cepat.

Saya sering bertanya pada orang lain, di mana tempat yang punya kopi dengan rasa yang JEGER, dan jawaban yang selalu saya dapati cuma "warkop itu coba, WIFInya juga kencang" , padahal yang saya tanya kopi yang enak, bukan wifi yang enak. Ini seakan membentuk mindset di kalangan banyak orang, bahwa warkop yang bagus, adalah warkop yang wifinya bagus. Kenapa tidak sekalian ganti warkop jadi warfi, warung wifi.

Mungkin ini yang namanya Naif, seakan mencari barang loak di tengah maraknya pembangunan mall. Ini juga yang mungkin dirasakan Ben, barista Filosofi Kopi. Mencoba berdiri kokoh pada perspektif pribadi, dan menutup mata pada perubahan dari hari ke hari.

Tapi usaha untuk tetap mencari warkop dan kedai kopi enak terus saya jalani. Bulan kemarin sempat menemukan kedai yang tempatnya sangat cozy, di dalamnya terdapat rak yang berisi buku juga novel, dan tentu saja koneksi wifi. Untuk rasa tetap sama, walaupun enak tapi saya bisa menemukannya di kopi sachetan dengan beberapa trik ala ilmuwan di film-flim Sci-fi. Saya pernah merasakan kopi yang menurut saya kopi yang paling enak sebima sakti, tapi bukan di warkop atau kedai kopi, ketika itu sedang menemani teman mempercantik vespanya, dan anak dari bapak yang punya bengkel tersebut kemudian menyajikan kopi hitam. Kesan setelah meneguk kopi hitam itu adalah "gile ndro, kopi buatanmu, numero uno"  sambil bergaya ala iklan josextra (kode lagi) yang menghentak gelasnya kedepan supaya minumannya tumpah-tumpah. Roso

Jadi, apakah warkop sekarang masih bisa disebut warung kopi? Pasti pemilik usaha akan menjawab "akan tetap warung kopi ketika masih menyediakan kopi hitam dan kopi susu, wifi hanya faktor pendukung, walaupun prioritas". Sayangnya pertanyaan ini belum saya tanyakan langsung pada para wirausahawan yang bergerak di genre ini, cuma menerka dari apa yang sudah saya lihat jelas. Soalnya kalau nanya langsung, takutnya disiram air seduhan kopi yang masih hangat-hangat bara vulkanik gitu, uuuh hot bingo.

Well well well, kembali ke pandangan anda masing-masing, mau ke warkop untuk nongkrong kek, atau ngerjain tugas sembari memanfaatkan wifi kek, atau mau debus ala Limbad sambil bawa flamingo di pundak kek, semua bisa anda lakukan yang penting anda sudah memesan order sebelumnya. Ngopi sambil WIFI sudah menjadi trend saat ini, keduanya saling mendukung, karena tidak ada yang bisa mengalahkan lamanya menunggu download-an, selain ditemani secangkir kopi, right dude?

Untuk yang terakhir, budayakan setelah minuman habis, pesanlah lagi. Jangan seperti alay-alay yang duduknya 6 jam, pesannya es teh segelas, berisik mirip ibu-ibu arisan PKK. Kaum-kaum seperti ini harus kita karantina disuatu tempat terpencil, trus dijatuhin nuklir dari atas. Supaya tercipta suasana indah berkopi ria, damai dan sejahtera, jayalah Indonesia.

(Yang di atas bukan kutipan mars perindo)

BICARA OSCAR, BICARA FILM

Agak telat ya ngomongin Academy Awards 2016, yang kemarin diselenggarakan pada 28 Februari 2016, 05.00 pm waktu Amerika Serikat. Tapi takapalah yang penting ada post baru hoho.

Academy Awards atau sebutan familiarnya Oscar, adalah penghargaan tertinggi untuk seluruh insan perfilman di seluruh muka bumi. Bukan cuma Hollywood yang bersaing untuk Oscars, Bollywood, Chinesewood, Franchwood, Britishwood, Japanwood, Indonesiawood bahkan Tigerwood bisa andil dalam acara ini, yang penting bisa buat film yang memukau, fenomenal, atau meledak di festival-festival luar negeri.

Emang kenapa dengan Oscar tahun ini?

Nah, Oscar tahun ini cukup mengundang perhatian seluruh penduduk bumi (kurang tau saya kalau penduduk luar bumi ikutan perhatian), di mulai ketika dirilisnya nama-nama para nominator yang bersaing, yang menunjukkan bahwa tidak ada satupun aktor-aktris yang "berkulit hitam", dan kemudian melahirkan berbagai bully-an netizen dengan hashtag tagar #OscarSoWhite, juga menyebut Academy Awards sebagai White People Choices Awards.

Kabar berkembang bahwa sekumpulan pengkritik melakukan boikot terhadap oscar yang tetap diselenggarakan, panitia pun tidak mau kalah dengan beralasan katering acara oscar mahal dan sudah dibayar, mereka juga marah karena Red Carpet yang sudah digelar disuruh gulung lagi, padahal punggung lumayan encok nunggang-nungging nunduk tidak karuan. Merasa tidak digubris pihak panitia, para pemboikot mengancam kalau Will Smith tidak akan datang menghadiri perhelatan oscar, sayangnya pihak panitia menyambut baik ancaman ini, karena Will Smith memang tidak di undang, filmnya tidak masuk nominasi apapun. Pukpuk Boikoters

Oscar pun dimulai, dibuka dengan pembahasan rasis tapi epic dari aktor grown ups Chris Rock, membuat banyak hadirin cukup terpingkal. Menyinggung para pemboikot dengan sebutan pengangguran karena terlalu mempersoalkan sesuatu yang tidak terlalu penting (sama ya dengan kebanyakan netizen indonesia).

Walau terkesan "membully" saudara sendiri, si Chris ternyata sangat pandai mengemas uneg-unegnya sehingga menjadi bahan stand-up comedy, lalu menyampaikan hal yang mungkin adalah harapan para kulit hitam, bahkan juga harapan semua orang di dunia, bahwa Academy Award, juga penghargaan lain, sebisa dan seluas mungkin memberi peluang kepada semua insan perfilman di seluruh dunia. Pernyataan Chris Rock tersebut juga didukung kutipan dari sutradara Revenant  Alejandro D Inaiitu (klo gak salah tulis) yang mengatakan bahwa warna kulit tidak membedakan kepintaran kita. Kalimat yang indah dari seorang sutradara galak.

Keseruan-keseruab Oscar tidak berhenti sampai di situ, di salah satu nominasi, tepatnya Best Actor, terselip nama yang selama ini dikabarkan terkutuk Oscar, tak lain dan tak bukan sang Wolf of Wall Street, Alexandra Daddario eh Leonardo DiCaprio (besar sih, gagal fokus deh). Setelah 3 tahun absen di dunia perfilman, akhirnya Leo kembali menjadi pemeran utama di film Revenant, yang sebelumnya menolak bermain di film Steve Jobs. Sepertinya Leo sudah punya penerawangan, kalau bermain di soft drama tidak akan menghasilkan apa-apa, karena genre seperti itulah yang selama ini Leo banyak perankan, tapi gagal membawa pulang Oscar. Tapi mungkin juga Leo seorang Android sejati, yang hobi download gratis di Play Store, jadi ketika di ajak bermain di film yang merupakan film biografi seorang pendiri Apple, dia menolak dengan alasan,
 
Leo: "maaf bang sutradara, saya udah teken kontrak ama film Revenant",

Sutradara: "tapi kalau kamu main di sini, bayaran kamu akan lebih, kamu bisa buat lagi acara percaya gak percaya!"

Leo: "maaf bang, saya Leonardo DiCaprio, bukan Leo Sutanto"

Sutradara: "wah maaf brader, kirain"

Begitulah kira-kira percakapan Leo ketika menolak tawaran film Steve Jobs.

Dan akhirnya, keputusan Leo berbuah manis, dia memenangkan kategori Best Actor yang memang sudah bisa di pastikan berdasar award-award lain semacam Golden Globe, BAFTA, Spirited dan lain-lain. Penantiannya selama ini akhirnya terbayarkan, tekanan mental dari para meme-makers telah lepas, kutukan oscar sudah hilang. Semua Leo dapatkan karena sudah keluar dari comfort-zone, kesan akting yang flamboyan dan metrosexual dia buang, dengan totalitas penuh dan kemantapan jiwa mencoba berakting di tengah dinginnya salju, lari-larian padahal suhu -0, juga dicabik-cabik oleh beruang.

Kesan yang terasa ketika Leo berjalan untuk meraih Oscar pertamanya sangat emosional, semua hadirin berdiri dan riuh bertepuk tangan, mengisyaratkan kalau semua orang sepakat bahwa Leo pantas untuk penghargaan itu, kerja keras selama 20 tahun berakting. Lalu di saat ketika seorang pemenang berdiri dan mengungkapkan perasaan di atas panggung the Academy, Leo menyampaikan semua rasa terima kasihnya kepada semua yang telah mendukung dan memotivasi, dan ketika detik terakhir thank speech, dia mengutarakan sesuatu yang penting kepada kita, bahwa PEMANASAN GLOBAL sudah sangat perlu kita lawan, dan menjaga bumi kita supaya tetap menjadi tempat yang nyaman untuk kita tinggali. Tak lupa doi sedikit berpesan tentang politik, bahwa kita jangan hanya memilih pemimpin yang sekedar memperkaya negara, yang membuat pabrik dan bangunan besar, tanpa memperdulikan dampak buruk pada lingkungannya. Yeah he got the point, all hail king Leo.
(Sayangnya tidak terdengar ucapan terima kasih pada sang beruang yang berakting mengamuk maksimal di Revenant, ini jadi poin minus untuk Leo.)

Untuk kategori lain keliatannya tidak terlalu wah seperti kemenangan Leo. Ada 6 kemenangan untuk Mad Max: Fury Road, yang kategorinya bisa di bilang kategori-kategori yaah, Sutradara terbaik untuk film Revenant, film terbaik untuk Spotlight, dan aktris terbaik untuk Brie Larson yang memukau di film Room. Sedangkan Martian yang mendapat 6 nominasi, yang sudah susah-susah ketinggalan di mars, akhirnya mendapat PHP dari juri-juri Oscar. Lalu tante-tante cantik nan sexy seperti Kate Winslet, Cate Blanchett dan Emily Blunt yang masuk nominasi tapi pulang dengan tangan hampa, tapi tetap kita berikan applause karena gaun mereka yang indah dipandang. Ada si Tom Hardy, pemeran Max di Mad Max. Padahal film-film yang dia ikuti menuai banyak piala, tapi dia sendiri pulang seret-seret kaki, gagal di best actor for supporting role. Mungkin Tom Hardy harus banyak-banyak minum ale-ale, gosok kertas kuponnya, lalu menemukan 2 kata motivasi yang sangat tidak memotivasi, "coba lagi".

Event Oscar dimulai pukul 05.00 pagi indonesia, dan selesai setelah pukul 12.00 siang, dibuka dengan pembawaan sang host yang menghentak dengan sedikit guyonan, dan ditutup dengan kegembiraan oleh kemenangan Leonardo. Untuk Oscar tahun depan, sepertinya belum ada gambaran jelas untuk nominasinya, karena terkadang film-film yang bagus baru akan rilis di pertengahan-akhir tahun, buktinya awal tahun 2016 ini belum ada yang nendang banget, Deadpool yang memuncaki box-office tidak bisa dibilang memukau, hanya memberikan hiburan tapi klise dari segi cerita. Ada Gods of Egypt, yang cast intinya orang eropa, tapi tak nampak muka-muka khas tutankhamen. Untuk horor, Hollywood baru merilis The Boy, horor dengan medium boneka, Other Side of the Door, produksi barat tapi bernuansa India, dan juga film bertema teror dunia maya berjudul Unfriended, ketiganya belum menampakkan euforia-euforia menegangkan sampai saat ini, jadi bisa kita sebut ini sangat tidak recommended. Tapi bulan ini sangat spesial bagi saya dan mungkin di antara kalian pencinta Bruce Wayne alias Batman, karena di akhir bulan maret akan tayang sebuah cross-over antara 2 jagoan utama DC Comic yang sangat familiar bagi kita semua, the Dark Knight dan Man of Steel, Batman V Superman: Dawn of Justice. Film ini akan menjadi awal untuk DC yang akan mendobrak kedigdayaan sang rival selama 3 tahun terakhir, Marvel. Keduannya sama-sama mengadu domba superhero jagoan masing-masing, tapi bedanya adalah, Batman V Superman adalah kompetisi awal ikon kebenaran dan keadilan yang akan membentuk sebuah team yaitu JUSTICE LEAGUE, sedangkan Civil Wars menunjukkan konflik internal setelah terbentuknya AVENGERS. Rumor mengatakan kalau Civil Wars adalah awal kehancuran dari tim yang diketuai Nick Fury tersebut, dan endingnya yang mengenaskan karena mengorbankan salah satu jagoan tampan bertameng (spoiler alert wiuwiu). Well ini cuma rumor ya, karena rumor terkadang hanya rumor, dan kebenarannya akan terpastikan di pertengahan 2016 mendatang.

Untuk film-film lain kebanyakan adalah sequel dari tahun-tahun lalu, ada London Has Fallen lanjutan dari Olympuss Has Fallen, The Purge yang akan menceritakan lagi "Hari Pembersihan" setelah 15 tahun masa damai, Conjuring 2 yang entah menyiapkan hantu macam apalagi, dan juga Skyline: Beyond, spin-off dari film alien tidak jelas berjudul Skyline, tapi yang membuat film ini akan sedikit spesial adalah kehadiran pesilat dan aktor kebanggan nusantara, Iko Uwais. Apakah bang Iko akan tetap menunjukkan Silat padahal alien yang akan dia lawan punya tatapan maut seperti tatapan medusa? Hmm kita tunggu saja saudara-saudara.