Sabtu, 05 Maret 2016

Balada Ori dan Kw

Kemarin abang saya beli Converse old school, dan dengan semangat memamerkan seraya menjelaskan detail sewaktu doi nyari sepatu ini, soalnya jaman sekarang harus jeli menemukan barang asli, cewek aja banyak yang palsu, apalagi di thailand beh, paradise.

Btw gila ya harga Converse sekarang, 400-an lebih. Padahal waktu 2011 masih dapat 230-an di stasiun olahraga, ckck bisa jadi barang investasi baru nih, apalagi Converse tidak pernah kehilangan pasar walaupun makin banyak pesaing-pesaing baru yang sangat keren. Mungkin ada kharisma tersendiri ketika memakai ALL STAR, cocok ya genk?

Nah, abang saya lalu menjelaskan soal bagaimana membedakan mana Converse ori dan KW, mulai dari sol bagian bawah, bahan pembuatan, label, sampai bau-bau barang baru. Untuk bau itu butuh kecakapan tersendiri, karena kalau barang KW ada bau-bau kaki orang yang sudah pernah nyoba, sulit kan? of course, ini butuh intensitas penciuman setara penciuman komodo. Tapi bau bukan faktor yang pasti, mungkin bagi kalian yang penasaran lebih mendetail, coba cek di Blog-blog lain, soalnya kalau copas mencopas tulisan itu bukan prinsip saya, setidaknya walaupun random, ketikan saya orisinal bukan KW. Asek nyambung dengan judul

Untuk sepatu dengan model Old School, saya juga punya sepasang, tapi bukan All Star, melainkan satu level di bawahnya, Airwalk. Sepatu ini (airwalk) pertama saya dapatkan tahun 2009, sewaktu masih SMA, saat di mana kau harus tampil keren di antara pelajar lain. Awalnya mau beli All Star, tapi karena ortu tau bahwa anak-anaknya punya selera yang bagus, jadi dana yang dicairkan tidak sesuai harapan. Untungnya saya punya simpanan hasil dari berpuasa setengah hari saat di sekolah, akhirnya dana yang ditargetkan tercukupi.

Tapi namanya gejolak masa muda yang labil emosi dan labil ekonomi, ketika sampai di outletnya, saya sempat ragu membeli All Star. Teman yang menemani pun mendukung dengan masukan yang penuh wibawa, "sayang kalau converse dipakai anak sekolahan, lagian converse terlalu banyak jahitan putihnya, takutnya entar disuruh hitamkan, sepatumu langsung jadi jelek".
Akhirnya dengan sedikit pertimbangan, saya memilih untuk membawa pulang Airwalk. Kata si penjaga outlet pun Airwalk tidak kalah, mirip dengan All Star, hampir mirip juga harganya. Lah ini kenapa jadi nostalgia SMA

Balik lagi soal barang Ori dan KW, kedua barang ini harus teliti jika tak ingin keliru membeli. Sayang juga kalau sudah menguras 400 ribu lebih, ternyata yang kita beli barang tiruan. Walaupun mata bisa ditipu, tapi ketahanan barang itu yang tidak bisa bohong. Kita membeli barang Ori bukan cuma soal harga diri, tapi juga awet durasi. Airwalk yang saya beli buktinya, sudah hampir 7 tahun, saya pakai 3 tahun sekolahan, 4 tahun lebihnya berkeliling indonesia, tapi kondisi masih aman sentosa.

Then, bagaimana dengan Converse abang saya?

Semoga dia tidak membaca blog saya, karena dia sudah mengeluarkan 400-an ribu, dengan lantang mengatakan ORIGINAL, sayangnya dia kurang jeli atau setidaknya googling terlebih dahulu. Terlihat barangnya sangat mirip dengan Ori, presisi label, kontur sol dan karet mentah, kain rajut yang mantap, bau yang meyakinkan aroma pabrik (woy ngomong apaan), tapi untuk Converse pabrikan baru, ternyata sudah menempatkan barcode di label lidah bagian dalam, jika kode yang tercantum di sepasang sepatu beda berarti itu ORI, tapi jika sama, selamat bermuram durja.

Intinya, sepatu abang saya adalah KW super buatan vietnam. Walaupun KW kualitas luar, tapi KW tetap saja KW. Bencong thailand memang cantik luarberbisa, tapi bencong tetap saja bencong. LGBT gitu, Lemah Gemulai Batangan Ternyata. Jiaah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar