Selasa, 20 September 2016

Bukan Pilih-pilih, Tapi Milah-milah Teman

Judulnya agak panjang dan sistematis serta eksentris yes, hmm tema ini sangat fresh karena baru saya alami tadi siang, sebenarnya hal yang biasa, tapi dikarenakan jika suatu hal kecil bila didalami secara teliti, kita akan menemukan eskalasi-eskalasi nilai kehidupan berwarga dan bermasyarakat yang terdorong oleh keinginan luhur guna berkehidupan kebangsaan yang bebas. *plak  *ngomong oupo!!

Langsung saja lah, jadi hari ini salah satu teman saya datang ke rumah. Awalnya dia berniat mengajak untuk nonton bareng sidang ke-20 kasus teh bersianida yang menewaskan miras dengan terdakwa bezita, tapi dikarenakan mereka yang sedang sidang ngomong dengan bahasa-bahasa intelek level 10, saya dan dia akhirnya menyerah dikarenakan sistem input otak kami tidak terlalu tanggap memuat data-data dari televisi (oh sebut saja teman saya Raflesiaarnoldi).

Setelah itu si bunga bangkai mengajak saya main ke kost-an temannya, alasannya cuman mau cuci mata. Saya dengan keadaan terpaksa akhirnya ikut dengan ketampanan seadanya, menuju kost-an temannya, dan temannya mengajak lagi ke kost-an temannya, intinya kami berpindah dari satu kost ke kost-an yang lain, benar-benar kegiatan yang wadaw membuang-buang waktu.

Kejadian berikut kejadian berjalan alot, mereka membahas sesuatu yang tidak penting dan tidak aktual. Lalu beberapa saat kemudian terjadilah percakapan laknat yang kira-kira begini chit-chatnya...

(A): "bro, mau minum gak? Kebetulan kita lagi rame, patungan .. tuh penjualnya dekat situ tuh.."

(B): "kalo mau minum skalian panggil si *tiiiiiit* (nama disamarkan), kalo mabok enak tuh bisa digilir.."

(A): "bro, mau gak nih?"

(Raflesia): "kalo cewenya bawa sinilah, tapi kalo minum kayanya gak bro.."

(A): "kalo situ bro? Ya daripada bengong kan.."

(Saya): "waduh bro, jangankan minum itu, minum marimas aja udah mabok, gak kuat mah saya!"

(B): "soalnya kalo gak mabok, cewe-cewenya bakalan susah diajakin, kan situ juga yang datang ke sini nyari cewe.."

(Saya): "ya jangan gitu juga lah, anak orang jangan diapa-apain, lagian yang nyari si bangke ini, saya mah nemenin doang.."

(A): "emang nyari yang gimana bro? Yang cantik ada, yang liar ada. Kita banyak stoknya koq.."

(Raflesiaarnoldi): "pokoknya yang ada ajalah.."

(A): "btw, si *tiiiiiiit* kemarin pulang kost-an nangis-nangis, katanya udah putus, padahal udah ditidurin pacarnya.."

(B): "lu malah gak tau kalo pacarnya suka mukul, tapi dia masih aja balikan, ketagihan kali gitu-gituan"

(A): "lah kemarin di kamarnya ampe teriak-teriak, ayam emang.."

(B): "makanya temen-temen lu ajakin minum, biar kita bisa ngeliat goyangannya si *tiiiiiiit*"

(A): "gimana bro? Biar gak bengong juga kita.."

(Raflesiaarnorldi): "kalo saya mah terserah, gimana ru?"

(Saya): dalam hati "sianying kalo masalah cewe langsung ngiler, baru tau saya ternyata dia juga pemuda biadab"

 (A): "gimana bro?"

(Saya): "sorry aja nih, kalo ginian mending saya balik, gak cocok..."

*percakapan omong kosong ini sejujurnya masih panjang dan berlanjut layaknya sinetron tersandung oleh lulu tobing, tapi karena terlalu banyak memuat konten goblok dan tidak patut ditiru, jadinya saya cuma nulis yang seingatnya*

(Raflesiaarnoldi): "ru, main ke rumah cewe yang tadi dibahas yok, lumayan tuh!"
*kita berdua otw balik ke rumah*

(Saya): "lu kalo mau ke sana, pergi sendiri setan, lu rusak rusak sendiri, jangan bawa-bawa orang"

(Raflesiaarnoldi): "malu kali kalo sendiri.."

(Saya): "lah kalo malu, jangan pergi bego .. lu nyari cewe kemanapun bakal saya temenin, tapi kalo lu nyari cewe buat lu rusakin, lu gak usah datang lagi ke rumah. Saya ngomong keras bukan sok alim, tapi karena sy udah cukup bangsat, gak mau tambah bangsat lagi, saya yang belum disumpah gereja aja boro-boro bejat, lah elu yang sudah disumpah, pikiran malah sesat, gak ketolong lu.."

Sejujurnya saya sedikit emosi dalam perjalan pulang bersama si bangke Raflesiaarnoldi, tapi karena saya tau dia cuma anak muda yang gampang terpengaruh pergaulan yang begajulan, makanya saya sedikit maklum dan berusaha untuk menyuruh si bangke tidak lagi ikut-ikutan pada ajakan laknat para mahasiswa fakultas ekonomi tersebut, mungkin karena mahasiswa-mahasiswa ini keseringan mendapat materi pemasukan dan pengeluaran (masuk-keluar *plak ) makanya otak mereka agak melenceng ke arah bawah.

Well, mungkin pengalaman saya yang agak miris ini bisa jadi peringatan untuk sedikit waspada dengan pergaulan masa kini, dari yang saya tulis di atas, mungkin rangkuman poin-poinnya saya jabarkan sebagai berikut,
 
 - Minum di siang hari, ini asli govlog (bukan pergi bermain vlog). Mindset seperti ini hanya dimiliki mereka yang sok laki, bahwasanya laki-laki jika berkumpul harus gilir miras, bahwasanya definisi 'LAKI' itu terlihat keras, yeah dude its so yesterday, 'LAKI' itu minum air mineral, atau air isotonik, sesekali minuman berenergi, bukan maboknya yang membuat laki terlihat LAKI, tapi SEHAT JIWA RAGA bung! sok LAKI tapi SAKIT ya lama-lama MATI somplak. Susah emang portal kompleks.

  - Ada yang namanya Azas Traktir, yaitu faktor dimana yang mengajak adalah yang mentraktir, sedangkan yang kita lihat sekarang, dia yang ngajakin ketemuan, pas ngumpul malah minta patungan. Jika menemukan oknum seperti ini, lebih baik masukan sebuah granat aktif ke dalam saku celanannya, sehingga spesies seperti itu lenyap lalu terciptalah kehidupan pertemanan yang lebih kondusif.

  - Hampir semua laki-laki akan menuntut wanita yang masih 'tersegel', tapi tidak bisa dipungkiri yang paling ironis adalah bagian dimana kecenderungan laki-laki yang merobek segel tapi tidak membeli. Artinya adalah laki-laki menuntut pada apa yang menjadi bagian dari tanggung jawabnya, tapi melalaikan kemudian menyalahkan. Saya pun sebagai seorang laki-laki tidak luput dari celah ini, saya sudah sering kali merusak segel secara diam-diam, lalu pergi setelah puas, maafkan dosa-dosaku komik gramedia.

  - Cewe jaman sekarang lebih rapuh dari triplex kontrakan, banyak yang menerima janji manis serta harapan, bualan cinta masa depan, lalu tak sadar yang dikenakan sudah acak-acakan, kemudian lepas dari badan, lalu berlanjutlah layaknya DVD jepang jenis perkodean. Disini masalahnya, ketika para wece-wece beranggapan pacar adalah segalanya, memberikan semuanya, padahal itu semua bisa berakhir dengan mudahnya kapan saja. Jaga diri, berpikir dampak ke depan, dan juga dampak ke sekitar, setidaknya bisa membantu untuk kita anak muda supaya tidak terlalu jauh lewati batasan. 

Wadoooh ogut ngomong kek orang bener yee, padahal mah aslinya rusak juga wkwkwkwk. Saya di sini bukan hadir sebagai tokoh yang menebarkan nilai-nilai moral, tapi karena saya sudah banyak ngeliat dampak nyata pergaulan bebas, makanya saya berusaha untuk tidak ikut-ikut merasakan. Saya rusak tapi tidak serusak demikian, untungnya saya dibesarkan oleh bimbingan keluarga yang baik, saya tidak merokok, tidak miras, tidak punya pacar pun iya. Bermain cinta sudah jarang, padahal sekarang ketampanan sedang dalam fase memuncak, tapi sang hawa belum juga berjumpa. Kemarin baru mau konsultasi ke aa betot, tapi keburu ditangkap karena kasus perguruan spiritual terselubung alias perkumpulan minum teh sisri rasa psikotropika, sungguh wadaw dunia hiburan tanah air.

Daripada alurnya merembes panjang lebar jajar genjang, lebih baik saya akhiri tulisan random ini, semoga teman-teman yang membaca bisa mendapatkan hikmah, dan menjalani hidup dengan lebih bijaksana lagi.

btw si bangke tadi saya bbm, tadi langsung pulang atau bagaimana, tapi dia malah balas...

"Gak langsung pulang, singgah dulu ke rumahnya cewe itu hehe"

".................."

1 komentar:

  1. Super sekali pak. Saran saya segeralah menjadi mitivator, motivasi bagi pemuda berotak kotor...
    Salam melia sejahtera! ! !

    BalasHapus